BPOLBF nilai penutupan berkala kawasan TNK hal umum dilakukan

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengatakan wacana penutupan berkala pada kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) adalah hal yang umum dilakukan karena merupakan kawasan konservasi yang memerlukan proses pemulihan dan regenerasi.

“Penutupan berkala biasa dilakukan di beberapa kawasan Taman Nasional (TN) yang ada di Indonesia,” katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis.

Hal tersebut disampaikan merespon wacana sistem buka tutup kawasan TNK oleh Balai TNK.

Frans Teguh menambahkan rencana penutupan berkala terhadap aktivitas wisata dalam kawasan TNK yang ditargetkan pada pertengahan tahun 2025 mendatang tentu dilakukan melalui kajian seperti daya dukung dan visitor management sebagai upaya untuk memastikan konservasi sumberdaya terutama satwa komodo dan ekosistem di daratan dan perairan.

Hal ini, lanjut dia, pasti akan berdampak pada minat wisatawan untuk berkunjung ke Labuan Bajo.

Namun demikian, rencana penutupan kawasan TNK ini juga bisa menjadi ajang edukasi yang baik bagi para wisatawan bahwa penutupan berkala dan sistem buka tutup kunjungan pada kawasan TNK ini untuk manfaat jangka panjang terhadap upaya pemerintah untuk melakukan konservasi.

Sehingga, kata dia, kelangsungan kawasan TNK kedepannya dapat terjaga dan dapat membantu mempertahankan reputasi destinasi pariwisata premium yang memiliki outstanding value proposition untuk kelestarian dan keberlangsungan kawasan TNK.

“Kawasan konservasi perlu tetap menjaga, merawat sumber daya yang dimiliki agar tidak rusak atau punah dan proses pemulihan dan regenerasi tetap diperlukan agar ekosistem lingkungan tetap terjaga dengan keseimbangan alami,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Hendrikus Rani Siga mengatakan wacana sistem buka tutup kawasan taman nasional untuk pemulihan (recovery) ekosistem kawasan akibat aktivitas wisata.

“Secara prinsip kawasan taman nasional butuh istirahat, butuh recovery demikian juga sarana prasarana butuh jeda untuk dibersihkan, dirawat, dipelihara dan untuk daratan paling tidak mengurangi potensi kerusakan,” katanya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis.

Ia juga menjelaskan kawasan perairan TNK cukup mengalami tekanan akibat aktivitas wisata dimana terdapat kerusakan akibat kegiatan wisata seperti kepal wisata yang membuang jangkar tidak pada tempatnya, aktivitas diving, sampah hingga limbah kapal wisata.

Ia menambahkan wacana sistem buka tutup kawasan TNK merupakan pengaturan jadwal kunjungan wisatawan, dan penutupan secara berkala melalui kajian ilmiah yang komprehensif oleh Balai TNK yang melibatkan sejumlah pakar seperti pakar lingkungan, pariwisata, ekonomi, sosial dan budaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*